MERAUKE,berita80.com – Pembangunan lebih dari 40 Halte di tiga Kabupaten, Merauke, Boven Digoel dan Mappi, menunai sorotan publik. Bagaimana tidak, pembangunan puluhan halte dikabarkan menelan anggaran miliaran rupiah.
Ada pun halte bus tersebut, Kabupaten Merauke terdapat 36 lokasi pembangunan halte, tersebar di Distrik Merauke, Semangga, Tanah Miring, Kurik dan Muting. Di Kabupaten Boven Digoel terdapat 5 lokasi. Lalu, Kabupaten Mappi terdapat 5 lokasi pembangunan.
Kepala Seksi Keselamatan Angkutan Darat pada Dinas Perhubungan Provinsi Papua Selatan, Frits M Boseren bilang, pembangunan satu gedung halte bernilai Rp170 juta. Anggarannya bersumber dari APBD Provinsi Papua Selatan tahun 2024.
“Pembangunan halte bagian dari program proritas,” ujar Frits baru-baru ini.
Ia menilai, bembangunan puluhan halte bus sebagai titik jemput anak sekolah. Sebab Pemrov Papua Selatan telah mengoperasikan belasan unit bus khusus antar jemput anak sekolah.
“Halte dipakai sebagai titik jemput anak sekolah, karena sudah ada 13 bus yang di operasionalkan untuk menjemput anak sekolah.”ujarnya.
Pembangunan puluhan halte rupanya mendapat sorotan. Beberapa masyarakat mempertanyakan urgensi pembangunan halte. Pasalnya, mereka menilai banyak pembangunan yang lebih proritas ketimbangn halte.
“Anggaran sebesar itu lebih baik bangun yang lebih urgen seperti terminal dari pada bikin halte,” ungkap Dosen Universitas Musamus Merauke, Muktamar.
Ia menambahkan, lazimnya halte dibangun untuk mempermudah masyarakat mendapatkan akses transportasi publik yang terkonektifitas satu dengan yang lain.
“Yang menjadi pertanyaan, apakah konektifitas transportasi umum di Merauke sudah berjalan baik atau belum, kalau konektifitas kendaraan umum belum berjalan baik, maka pembangunan halte itu hanya buang-buang duit,” ujarnya.
Sorotan lain juga datang dari mantan ketua umum Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Merauke Sulatan. Ia menilai masyarakat Papua Selatan belum terbiasa mengunakan halte, seperti halnya masyarakat lain di kota-kota besar.
“Saat ini halte belum menjadi proritas utama untuk masyarakat Merauke, karena masyarakat selama ini belum terbiasa mengunakan halte, itu karena konektifitas kendaraan umum belum berjalan baik.” ujarnya. (*)